Saya nonton film Bad Education (2019) ini karena tanggal 21 Mei besok ini gratis 7 hari HBO GO saya akan habis. Sekalian biar dapat bahan untuk tulis di blog, jadilah review film bad education (2019) ini.
Tulisan ini berjudul review film, tetapi saya tidak akan mereview secara detil performa aktor, narasi, filmography, dll. Saya hanya menulis nilai apa yang saya dapat setelah menonton film ini. Walaupun demikian, review ini mengandung SPOILER.
TL;DR: Film layak ditonton untuk mengisi waktu luang atau lagi gabut. Film ini mampu membuat saya bertahan 1 jam 44 menit dan kamu gak akan merasa “wasted” karena akan mendapatkan beberapa insight baru.
Tentang Inspirasi Film Bad Education (2019)
Film Bad Education (2019) ini diangkat dari kasus penggelapan dana sekolah yang terjadi di sekolah Long Island Amerika Serikat pada tahun 2002. Berikut kisah singkat tentang kasus yang terjadi:
Frank Tassone (diperangkan oleh Hugh Jackman) seorang pemimpin sekolah bersama dengan Pamela Gluckin sang pengawas sekolah punya visi untuk membawa sekolah yang dipimpin menjadi no#1 dalam hal penerimaan siswa ke universitas ternama seperti harvard, yale, dll.
Tidak ada yang salah dengan ambisi mereka. Buktinya mereka mampu membawa prestige sekolah hingga menjadi top#4 seluruh Amerika Serikat. Layaknya seorang individu yang ingin memberikan yang terbaik.
Namun, sebelum tujuan tersebut tercapai. Mereka harus dijebloskan ke penjara karena terbukti menggelapkan dan menyalahgunakan dana sekolah untuk keperluan pribadi. Total penggelapan dana hingga 11juta dollar AS!
Kalau Frank Tassone menggunakan uang tersebut untuk membeli rumah bagi pasangan gelap dan kehidupan foya-foya. Begitupun dengan Pamela Gluckin yang menggunakan uang tersebut untuk membeli rumah mewah, liburan ke luar negeri, hingga mobil mewah.
Segala tindakan mereka pada akhirnya terungkap oleh Koran Sekolah mereka. Yang kemudian mengundang pihak resmi untuk mengaudit keuangan sekolah.
Hingga saat ini, kasus ini masih menjadi kasus penggelapan dan penyalahgunaan uang sekolah terbesar di Amerika Serikat.
Insight dari Film Bad Education
Pameran utamanya adalah Hugh Jackman. Dari segi fisik emang rada mirip ya ama Frank Tassone. Selain itu, Hugh Jackman juga pernah jadi guru penjaskes. Cocoklah untuk casting film ini.
Ada beberapa adegan mengetok insight saya dan kemudian membuat saya menulis review ini. Beberapa adegan di film ini tidak seperti yang terjadi pada kisah nyata ya. Untuk fact checker tentang film bad education bisa kesini.
Frank Tassone to Rachel Bhargava
Ini merupakan salah satu adegan awal yang ternyata menjadi boomerang bagi Frank Tassone dan kolega.
Rachel Bhargava merupakan jurnalis untuk koran sekolahnya. Dia tidak ada niat untuk mewawancarai Tassone ataupun membuat tulisan tentang skandal ini. Malahan, Tassone lah yang membawa kehancuran bagi dirinya sendiri.
Ada kalimat Tassone kepada Rachel yang mengingatkan saya untuk bekerja keras.
- Untuk mengubah hal sekecil apapun menjadi sesuatu yang berarti. Itu semua hanya masalah perspektif.
- Harus bisa ubah perspektif untuk melihat hal besar dibalik hal kecil.
- Segala sesuatu itu ada di tanganmu. Kamu yang pegang kendali akan apa yang terjadi.
“Rachel, it’s only a puff piece if you let it be a puff piece…. A real journalist can turn any assignment into a story”
Frank Tassone
Dilema tentang keyakinan
Adegan ini ketika Frank Tassone mengetahui apa yang akan ditulis oleh Rachel. Kemudian Frank menekan Rachel agar tidak menulis tentang skandal tersebut.
Rachel bingung dan mengalami dilema. Kemudian dia bertanya kepada ayahnya yang seorang pengangguran apa yang harus dia lakukan. Apakah Rachel harus mengikuti keyakinannya menulis sesuatu yang merupakan skandal.
Ataukah dia harus diam karena apa yang dia tulis bisa memberikan dampak besar. Disini kita tahu, alasan ayah rachel kenapa jadi pengangguran.
“….I could’ve. But I didn’t. That’s something I live with.”
David Bhargava
Ini sama kayak iklannya Nike dan di review film Dark Water (2019). Believe in yourself even if it means sacrificing everything.
Pembenaran Seorang Guru
Adegan ini mengingatkan saya kepada guru-guru yang telah mengabdi memberikan pendidikan kepada saya.
Frank lagi dibawah tekanan akan kasus ini hingga mengeluarkan pernyataan ini kepada seorang orang tua murid yang banyak maunya.
“Do you remember the teachers who sat down with you? who held you by the hand, who taught you add and subtract and Gatsby Salinger for the first time?…..”
Frank Tassone
Kalimat ini diucapkan akibat frustrasi. Tapi ada benarnya juga. Apakah kita masih ingat orang-orang yang sudah membantu kita? Entah itu guru, orang tua, atau teman dll. Coba baca kisah George Clooney yang memberikan hadiah 1 juta dollar kepada temannya.
Mungkin kita memang sudah lupa. Mungkin itu memang sudah resiko pekerjaan seorang guru. Seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Film ini berhasil mengingatkan saya kembali untuk pay it forward.
Tapi ada cara untuk mengingat dan bisa membalas jasa mereka adalah pay it forward.
Untuk temna-teman yang ingin membuat website, bisa daftar pembuatan website gratis. 100% Gratis! Karena ini sebagai bentuk ucapan syukur -pay it forward- saya.